Sabtu, 18 April 2020

Belajar Toleransi dari Permainan Tradisional Anak

Wawan Setiawan Tirta
Pada hari Minggu, 11 Desember 2016 digelar acara Festival Permainan Tradisional Anak Indonesia di Taman Mini Indonesia Indah. Acara ini biasa digelar setiap tahun. Tujuan digelarnya acara ini adalah supaya anak Indonesia mengenal keragaman lingkungan dan kebudayaannya.

Saat ini anak-anak dibanjiri dengan permainan digital melalui alat-alat elektronika. Dengan permainan digital itu anak merasa tidak perlu bermain dengan teman sebayanya. Oleh karena itu, permainan tradisional menjadi jurus ampuh agar anak-anak kembali kepada nilai-nilai kebersamaan. Hal tersebut setidaknya diutarakan Zaini Alif dari Komunitas Hong saat di acara Festival Permainan Tradisional Anak Indonesia.

Zaini Alif mengatakan, “Permainan tradisional itu aset budaya bangsa yang sekarang mulai ditinggalkan, karena munculnya gadget. Kita tidak antipati pada gadget, tapi bagaimana menyeimbangkan gadget dengan permainan tradisional, karena permainan tradisional mengajarkan nilai, etika, dan identitas budaya bangsa.”

“Banyak permainan tradisional di Indonesia yang tidak hanya menyajikan keseruan, tapi juga kaya nilai-nilai. Misalnya di Jawa ada permainan dingklik oglak aglik, di Sunda ada perepet jengkol, dan sebagainya. Keragaman itu mengajarkan bagaimana kita toleran atas perbedaan. Jadi perbedaan bukan menjadi sesuatu yang harus diperdebatkan, justru itu bisa menjadi suatu keunggulan,” kata Zaini.

Anak-anak zaman sekarang merupakan generasi emas para pemimpin bangsa di era 100 tahun Indonesia. Kita mengharapkan tiga puluh tahun lagi generasi ini adalah generasi yang dapat mengenali keragaman bangsa, bertoleransi, serta menjaga dan melestarikan kebudayaan.
Sumber: lifestyle.liputan6.com

Ayo Berdiskusi
1. Tulislah peristiwa pada teks “Belajar Toleransi dari Permainan Tradisional Anak”.
Jawaban: Peristiwa pada teks: digelarnya acara Festival Permainan Tradisional Anak.

2. Keragaman apa yang disebutkan pada teks?
Jawaban: Keragaman yang ditunjukkan pada bacaan: keragaman budaya berupa permainan tradisional.

3. Sikap apa yang dapat siswa tiru dari teks?
Jawaban: Sikap yang dapat ditiru dari bacaan: melestarikan kebudayaan dan toleran atas keragaman budaya.

4. Apa yang sebaiknya dilakukan siswa dalam upaya ikut melestarikan permainan tradisional?
Upaya untuk melestarikan permainan tradisional dapat dilakukan dengan mengenalkan permainan tradisional, kemudian memodifikasi permainan tradisional tersebut menjadi lebih menarik. sehingga dapat memikat anak-anak. Selain itu perlu juga untuk memberikan pembelajaran cara bermain, serta manfaat yang didapat dengan memainkan permainan tradisional itu. Dan yang bisa dilakukan juga adalah mengadakan pameran permainan tradional.

Tahukah Kamu
Permainan Dhingklik Oglak Aglik
dan Permainan Perepet Jengkol

Permainan dhingklik oglak aglik serupa dengan permainan perepet jengkol. Keduanya merupakan permainan tradisional anak. Permainan dhingklik oglak aglik dimainkan di Jawa Tengah dan permainan perepet jengkol dimainkan di Jawa Barat.

Permainan ini dilakukan dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok terdiri atas 3-5 anak. Semua anggota berdiri melingkar saling membelakangi dan berpegangan tangan. Kaki kanan atau kaki kiri setiap anggota kelompok lalu saling bertautan. Kemudian, dengan satu kaki yang menapak, mereka bergerak melingkar sambil menyanyikan lagu daerah. Kelompok yang paling lama mempertahankan tautan kaki sambil bergerak akan menjadi pemenang. Berikut lagu yang dinyanyikan di Jawa Tengah.
Pasang dhingklik oglak aglik

Yen keceklik adang gogik,
Yu yu mbakyu mangga dhateng pasar blanja,
Leh olehe napa,
Jenang Jagung, enthok-enthok jenang jagung,
enthok-enthok jenang jagung,
enthok-enthok jenang jagung.

Berikut lirik lagu yang dinyanyikan di Jawa Barat.
Perepet jengkol jajahean
Kadempet kohkol jejeretean
Eh jaja eh jaja eh jaja eh jaja
Sumber: 2.bp.blogspot.com

Keragaman sosial dan budaya di Indonesia ini menjadikan Indonesia kaya. Sepatutnya kita mensyukuri keragaman dan keadaan negara kita. Lagu berikut merupakan ungkapan syukur kita kepada Tuhan. Ayo, menyanyi bersama.

Ayo Mengamati
Amati baik-baik notasi lagu “Syukur” ini.
Pada Pembelajaran 5 kamu telah mengetahui lagu “Kampungku” yang bertangga nada diatonis mayor. Sebaliknya, lagu “Syukur” termasuk jenis lagu bertangga nada diatonis minor. Apa maksudnya?
Tangga Nada Diatonis Minor
Tangga nada diatonis minor memiliki interval (jarak nada) 1, ½, 1, 1, 1, ½, 1 1. Tangga nada diatonis minor ada bermacam-macam, salah satunya tangga nada diatonis minor harmonis. Tangga nada diatonis minor harmonis adalah tangga nada diatonis minor dengan nada ketujuh dinaikkan setengah.
Perhatikan contoh urutan tangga nada diatonis minor harmonis berikut.
Berikut tangga nada diatonis minor.
Ciri-ciri tangga nada diatonis minor sebagai berikut.

  1. Lagu bersifat sedih.
  2. Lagu kurang bersemangat.
  3. Melodi lagu diawali dan diakhiri nada 6 (la). Namun tidak menutup kemungkinan diawali nada 3 (mi) dan diakhiri nada 6 (la).

Secara umum lagu bertangga nada diatonis minor bersifat sedih dan kurang bersemangat. Namun, ada pula lagu bertangga nada minor yang gembira dan bersemangat, misalnya lagu “Ayam Den Lapeh” dan “Bungong Jeumpa”.