Jumat, 17 April 2020

Keterampilan Penyelamatan Kegawatdaruratan di Air

Wawan Setiawan Tirta
Ketrampilan pertolongan di dalam air merupakan bagian dari keselamatan di air. Keterampilan ini sangat penting untuk dipelajari. Artinya jika siswa ingin mempelajari pertolongan di air, siswa wajib memahami terlebih dahulu keselamatan di air. Seorang penolong harus dibekali dengan beberapa keahlian dasar keselamatan di air. Meliputi kemampuan mengenal potensi bahaya dan bagaimana mengatasinya, memahami teknik pertolongan. Mulai dari yang paling aman sampai yang beresiko tinggi. Berikut ini beberapa keterampilan penyelamatan dan kegawatdaruratan di air yang harus dipahami dengan baik.

1. Kegawatdaruratan Korban Tenggelam
Tenggelam adalah suatu istilah dari suatu keadaan yang disebabkan karena seseorang menghirup air atau cairan ke paru-paru sehingga menghambat/mencegah udara yang mengandung oksigen untuk sampai dan berhubungan dengan bagian depan permukaan alveolus di paru-paru, dimana bagian ini merupakan bagian penting yang berfungsi untuk pertukaran gas di paru-paru dan proses oksigenisasi darah.

Penyebab terjadinya tenggelam diantaranya terganggunya kemampuan fisik akibat pengaruh obat-obatan, ketidakmampuan akibat hipotermia, syok, cedera, atau kelelahan, ketidakmampuan akibat penyakit akut ketika berenang Tenggelam dapat diklasifikasikan berdasarkan kondisi Paru-Paru Korban dan berdasarkan kondisi kejadian. Klasifikasi tenggelam berdasarkan kondisi paru-paru korban antara lain sebagai berikut.
  1. Typical Drawning adalah keadaan dimana cairan masuk ke dalam saluran pernapasan korban saat korban tenggelam.
  2. Atypical Drawning. Dry Drowning adalah keadaan dimana hanya sedikit bahkan tidak ada cairan yang masuk ke dalam saluran pernapasan. Immersion Syndrom biasanya terjadi terutama pada anak-anak yang tiba-tiba terjun ke dalam air dingin (suhu < 20°C).
  3. Submersion of the Unconscious. Sering terjadi pada korban yang menderita epilepsy atau penyakit jantung khususnya coronary atheroma, hipertensi atau peminum yang mengalami trauma kepala saat masuk ke air.
  4. Delayed Dead adalah keadaan dimana seorang korban masih hidup setelah lebih dari 24 jam setelah diselamatkan dari suatu episode tenggelam.

Sedangkan tenggelam berdasarkan kondisi kejadian dapat dikelompokkan dalam tenggelam dan hampir tenggelam. Tenggelam adalah suatu keadaan dimana penderita akan meneguk air dalam jumlah yang banyak sehingga air masuk ke dalam saluran pernapasan dan saluran nafas atas tepatnya bagian epiglotis akan mengalami spasme yang mengakibatkan saluran nafas menjadi tertutup serta hanya dapat dilalui oleh udara yang sangat sedikit. Sedangkan hampir tenggelam adalah suatu keadaan dimana penderita masih bernafas dan membatukkan air keluar.

2. Penatalaksanaan Korban Tenggelam
Penanganan pada korban tenggelam dibagi dalam tiga tahap, yaitu bantuan hidup dasar, 
  1. Bantuan hidup dasar. Sebelumnya dalam pedoman pertolongan pertama, kita mengenal ABCD: Airway, Breathing, Circulation (Chest Compression) yaitu buka jalan nafas, bantuan pernafasan, dan kompresi dada. Jika ketiga langkah sudah dilakukan, periksa apakah korban mengalami defisit pada tubuhnya semisal memeriksa kesadaran korban. Langkah ini disebut memeriksa/Disability. Dalam pedoman yang baru, prioritas utama adalah Circulation baru setelah itu tatalaksana difokuskan pada Airway dan selanjutnya Breathing. Satu-satunya pengecualian adalah hanya untuk bayi baru lahir, karena penyebab tersering pada bayi baru lahir yang tidak sadarkan diri dan tidak bernafas adalah karena masalah jalan nafas. Langkah berikutnya adalah membawa korban ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan dokter.
  2. Pada tahap membawa korban ke rumah sakit yang dilakukan yaitu: Sebelumnya dengan tahapan seperti ini (Look; yaitu melihat adanya pergerakan dada, Listen; yaitu mendengarkan suara napas, Feel; yaitu merasakan ada tidaknya hembusan napas), namun seiring dengan perkembangan sekarang tidak lagi. Alasannya: kunci utama menyelamatkan seseorang dengan henti jantung adalah bertindak bukan menilai. Telepon ambulan segera saat kita melihat korban tidak sadar dan tidak bernafas dengan baik. Percayalah pada nyali Anda. Jika Anda mencoba menilai korban bernapas atau tidak dengan mendekatkan pipi anda pada mulut korban, itu boleh-boleh saja. Tapi tetap saja sang korban tidak bernafas dan tindakan look, listen dan feel ini hanya akan menghabiskan waktu. Namun, pemberian kompresi intrinsik untuk mengeluarkan cairan tidak disarankan, karena tidak terbukti dapat mengeluarkan cairan dan dapat berisiko muntah dan aspirasi.
  3. Bantuan hidup lanjut. Bantuan hidup lanjut pada korban tenggelam yaitu pemberian oksigen dengan tekanan lebih tinggi, yang dapat dilakukan dengan BVM (Bag Valve Mask) atau tabung oksigen.

3. Teknik menolong di air
Dalam melakukan pertolongan, kecepatan bukanlah segalanya. Ketepatan yang didasari oleh keselamatan adalah unsur yang harus diutamakan. Satu hal yang perlu diingat, menolong korban di air tidak perlu menjadi basah. Prinsip utamanya adalah menolong dengan teknik seaman mungkin bagi penolong maupun korban. Apa yang harus kita lakukan bila melihat kecelakaan di air ?
  • Pastikan keselamatan anda terlebih dahulu. Abaikan orang lain jika anda sendiri sedang dalam posisi yang membahayakan diri anda
  • Pastikan keselamatan orang-orang di sekitar anda
  • Perhatikan potensi bahaya susulan yang mungkin bisa menimpa anda atau orang-orang di sekitar anda
  • Kenali karakteristik korban yang akan anda tolong
  • Lakukan pertolongan menggunakan teknik pertolongan yang paling aman dan efektif .
  • Jika terdapat banyak korban, tolonglah yang terdekat dan termudah terlebih dahulu
  • Setelah korban di tepi, lakukan pertolongan sesuai dengan cidera yang terjadi
  • Selimuti korban untuk mencegah kedinginan/hypothermia
  • Segera bawa korban ke pelayanan medis terdekat. Penanganan lebih lanjut mungkin saja diperlukan.

Berikut ini beberapa teknik menolong orang di air dari mulai yang paling aman :
  • Raih adalah teknik yang paling aman sehingga dapat dilakukan oleh yang tidak bisa renang sekalipun. Dengan cara menggunakan tongkat sehingga dapat mencapai korban dan menariknya ke tepi. Kelemahan : Hanya dapat menggapai korban yang berada di dekat tepi air. Jika tarikan korban/arus air terlalu kuat sehingga anda merasa tertarik ke arah air, maka lepaskanlah tongkat tadi. INGAT keselamatan diri anda yang paling utama.
  • Lempar dilakukan jika tidak dapat menemukan tongkat yang cukup panjang untuk mencapai korban, maka carilah bahan yang bisa mengapung (ringbuoy/ban pelampung, jerigen dll), bisa juga menggunakan tali. Lemparkan bahan tadi ke arah korban. Jika anda berada di kolam renang umum, maka gunakanlah ringbuoy (ban pelampung) yang ada di tepi kolam. Teknik : Panggil korban terlebih dahulu sebelum melempar. Hal ini berfungsi supaya korban melihat benda dan arah lemparan kita. Mengkombinasikan pelampung dengan tali sangat berfungsi saat lemparan kita tidak tepat. Kelemahan : Kadang lemparan kita tidak pas pada korban, sehingga sering kali pelampung yang kita lempar menjadi sia-sia. Perhatian : Kadang lemparan terlalu dekat sehingga kita terpancing untuk mengambil pelampung itu kembali. tindakan ini sangat membahayakan kita terutama bagi yang tidak bisa renang. Lebih baik cari pelampung yang lain untuk dilempar. Tali lempar, tidak boleh diikatkan di tubuh penolong, karena akan membahayakan bila arus sangat deras atau tarikan korban terlalu kuat.
  • Dayung. Jika anda sedang di perahu (terutama jenis kano/kayak) berhatihatilah saat mendekati korban. Kekuatan korban saat panik sangat berbahaya dan dapat membalikkan perahu yang anda tumpangi. Teknik : Dekati korban dari ujung yang berlawanan dengan tempat kita duduk. Hal ini dimaksudkan apabila perahu terbalik, posisi kita agak jauh dari korban sehingga mengurangi resiko tertangkap korban. Perhatian : Jika anda menggunakan perahu kecil, anda tidak bisa berenang dan tidak menggunakan jaket pelampung, maka lebih baik tidak berusaha untuk mendekati korban.
  • Berenang mendekati korban adalah pilihan terakhir jika cara lain tidak memungkinkan untuk dilakukan. Teknik : tentunya bagi yang sudah mahir berenang dan menguasai teknik menolong. Kelemahan : sangat berbahaya bagi penolong Perhatian : Pastikan kemampuan renang anda baik, jangan renang jika kondisi air berarus (sungai arus deras, banjir bandang).
 Ketrampilan pertolongan di dalam air merupakan bagian dari keselamatan di air Keterampilan Penyelamatan Kegawatdaruratan di Air
4. Karakteristik korban
Pengetahuan kita tentang karakteristik korban yang sedang tenggelam akan sangat menentukan teknik yang dipilih saat melakukan pertolongan. Tentunya disesuaikan dengan karakteristik korbannya. Secara umum, korban yang sedang tenggelam dibagi menjadi 4 tipe :

a. Bukan seorang perenang.
Pada tipe ini, korban memiliki karakteristik:
  • Posisi badan terlihat tegak lurus dengan permukaan air (vertikal)
  • Gerakan kasar dan cenderung tidak berpola
  • Wajah terlihat sangat panik
  • Arah tatapan tidak jelas
  • Hanya fokus untuk mengambil napas
  • Saat ditolong mungkin akan berusaha untuk meraih penolong
  • Tidak dapat mengikuti perintah atau tidak dapat komunikasi
  • Selalu ingin dalam posisi vertikal, sehingga cenderung panik jika ditolong dalam keadaan horisontal
  • Selalu berusaha kepala dan dada berada di atas permukaan air
  • Hal yang di perhatikan penolong adalah korban tipe ini sangat berbahaya bagi penolong. Sebisa mungkin hindari pertolongan dengan menggunakan teknik contact rescue/tow.

b. Perenang yang cidera
Pada tipe ini, korban memiliki karakteristik:
  • Posisi badan mungkin terlihat agak aneh tergantung dari bagian tubuh yang cidera
  • Gerakan terbatas disebabkan oleh cidera
  • Wajah terlihat cemas, bahkan mungkin terlihat kesakitan
  • Bisa terjadi panik
  • Saat ditolong mungkin tidak merespon perintah karena lebih fokus terhadap rasa sakitnya
  • Berusaha mempertahankan posisi karena biasanya memegangi area yang cidera
  • Hal yang diperhatikan penolong adalah kemungkinan akan membawa korban dalam posisi yang agak aneh (sesuai cideranya), dan perhatikan cidera yang dialami.
c. Perenang yang kelelahan
Pada tipe ini, korban memiliki karakteristik:
  • Terlihat pola kayuhan yang lemah
  • Posisi badan biasanya membentuk sudut dengan permukaan air
  • Wajah memandang ke tepian atau perahu yang di dekatnya
  • Kepala kadang tidak terlihat
  • Dapat melambai untuk meminta bantuan
  • Wajah mungkin terlihat lelah atau cemas saat ditolong
  • Merespon perintah penolong dengan baik
  • Kooperatif saat ditawarkan bantuan
  • Bisa ditopang dalam keadaan terlentang
  • Hal yang diperhatikan penolong adalah korban dapat ditolong menggunakan teknik contact rescue, lebih mudah untuk ditolong
d. Tidak sadar (pasif)
Pada tipe ini, korban memiliki karakteristik:
  • Terlihat tidak bergerak
  • Mungkin hanya terlihat sebagian punggung
  • Mungkin hanya terlihat puncak kepala saja
  • Wajah biasanya menghadap ke dasar
  • Saat ditolong tidak kooperatif
  • Mungkin akan cukup sulit untuk melakukan manuver terhadap tubuh korban.
  • Hal yang diperhatikan penolong, biasanya korban sangat bervariasi dan membutuhkan pertolongan dengan teknik contact rescue. Perhatikan pernapasan korban, jika tidak bernapas lakukan sesegera mungkin bantuan napas. Penggunaan alat bantu apung (pelampung) akan sangat membantu dalam pemberian napas. Kadang terjadi keadaan yang disebut pasif-aktif, yaitu keadaan dimana korban terlihat pasif (tidak bergerak) namun saat di sentuh berubah menjadi aktif. Ini sangat membahayakan penolong. Oleh karena itu lakukan teknik mendekati korban dengan benar.
Selain karakteristik korban tadi, juga diperlukan kemampuan untuk memperkirakan daya apung/buoyancy dari korban dengan melihat postur tubuh terutama saat melakukan contact tow. Korban yang gemuk cenderung akan mudah mengapung, namun akan lebih berat saat menariknya ke tepi. Sebaliknya korban yang kurus cenderung akan mudah tenggelam, namun akan lebih ringan saat menariknya ke tepi.

5. Penanganan kram
Penyebab utama tenggelamnya seorang perenang akibat kram adalah kegagalan dalam mencegah terjadinya panik. Sering kita lihat ketika perenang mengalami kram, dia akan langsung berusaha ke tepi, sehingga akan terlihat gerakan yang tidak teratur dan laju renangnya pun lambat. Kram adalah kejang otot yang bersifat mendadak dan terasa sangat sakit. Kram dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain : otot yang kelelahan, penggunaan otot yang berlebihan, kurangnya elektrolit tubuh (Ca dan K) karena keluar melalui keringat, penumpukan asam laktat (hasil metabolisme di otot), terganggunya oksigenisasi jaringan otot, dan terganggunya sirkulasi darah ke jaringan otot

Pada seorang perenang kejadian kram sering terjadi diotot tungkai bawah bagian belakang (otot betis), otot punggung kaki : biasanya terjadi karena gerakan yang tidak sempurna saat renang menggunakan fin (sepatu katak), otot tungkai atas (paha) bagian depan maupun belakang.

Langkah-langkah Penanganan Kram
Penanganan kram di darat maupun di air sebenarnya memiliki prinsip yang sama yaitu lakukan peregangan. Langkah-langkah yang harus dilakukan saat terjadi kram adalah bersikap tenang dan jangan berusaha ke tepi, tarik napas dalam dan tahan, lakukan peregangan dan pemijatan pada otot yang kram, jangan lakukan gerakan apapun kecuali peregangan (walaupun badan kita tenggelam), tarik napas lagi, kemudian lakukan peregangan lagi, ulangi sampai nyerinya reda. Setelah reda barulah berenang ke tepi, usahakan tidak menggerakkan/ menggunakan otot yang tadi kram. Setelah di tepi lakukan kembali peregangan sampai otot terasa nyaman. Ada dua posisi utama untuk peregangan di air (untuk otot-otot di ekstremitas bawah), yaitu :
  • Posisi 1 : Tekuk lutut ke arah dada, dan tarik jari kaki dan telapak kaki ke arah punggung kaki. Posisi ini untuk mengatasi kram pada otot betis dan otot paha bagian belakang.
  • Posisi 2 : Tekuk paha ke belakang, tekuk lutut, tarik jari kaki dan punggung kaki ke arah telapak kaki. Posisi ini untuk mengatasi kram pada otot punggung kaki dan otot paha bagian depan.

Prinsip dasar penanganan kram adalah meregangkan otot berlawanan dengan arah kejang. Ditambah dengan pijatan pada otot yang kram untuk membantu pelemasan otot sehingga sirkulasi oksigen, elektrolit dan zat metabolik menjadi lancar. Peregangan otot yang kram dilakukan secara perlahan, jika sakit jangan dikendurkan tapi pertahankan posisi. Jika nyeri hilang tambah lagi peregangannya. Lakukan sampai nyeri hilang. Contoh posisi penanganan :
  • Otot betis : luruskan lutut, tekan telapak kaki ke arah punggung kaki. Lakukan pemijatan pada otot betis
  • Otot punggung kaki : tekan punggung kaki dan jari kaki ke arah telapak kaki (sehingga seperti penari balet). Lakukan pemijatan pada otot punggung kaki
  • Otot Paha belakang : luruskan lutut, angkat tungkai bawah dan lakukan pemijatan
  • Otot paha depan : tekuk lutut dan lakukan pemijatan
Pencegahan kram perlu dilakukan agar tidak mengalamikram saat berenang. Pencegahan kram dapat dilakukan dengan cara melakukan pemanasan dan peregangan sebelum memulai olahraga, tidur yang cukup, cukup minum sebelum, saat dan setelah olahraga, jika perlu yang mengandung elektrolit (misal. oralit).