Minggu, 12 April 2020

Pendekatan Ketrampilan Proses dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Wawan Setiawan Tirta
Sadar atau tidak, ketika anda mengajar sebenarnya pendekatan keterampilan proses ini pernah anda gunakan. Namun, apakah prosedur yang digunakan telah benar? Nah, sebenarnya apa yang dimaksud dengan pendekatan keterampilan proses? Pendekatan keterampilan proses pada hakekatnya adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang berfokus pada perlibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar. Pendekatan keterampilan proses ini dipandang sebagai pendekatan yang oleh Banyak pakar paling sesuai dengan melaksanakan proses belajar mengajar di sekolah dalam menghadapi pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat dewasa ini. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia pun pendekatan ini amat cocok digunakan. Apalagi, seperti telah kita ketahui, perkembangan bahasa Indonesia senantiasa mengalami perkembangan yang cepat, khususnya dengan kosakata yang kita gunakan. Misalnya, kata laman. Kata tersebut padanan dari home page yang marak dalam teknologi informasi sebagai alamat website.

Pelajaran yang selama ini sering dilaksanakan secara tradisional dengan hanya memberikan materi pelajaran yang berfokus pada pemberian konsep-konsep, informasi, dan fakta sebanyak-banyaknya kepada siswa, sudah dianggap tidak tepat lagi. Dalam pembelajaran tersebut, hasil belajar yang diperoleh siswa pun terbatas pada mengetahui dan memahami berbagai konsep, informasi, dan fakta tersebut, sedangkan aplikasinya belum tentu dapat dilakukan. Sementara itu, kita tahu bahwa dalam pembelajaran bahasa Indonesia, selain para siswa memahami konsep tentang ilmu bahasa, mereka juga harus mampu mengkomunikasikan kemampuannya sesuai dengan 4 kompetensi keterampilan bahasa. Dengan cakupan pengetahuan semacam ini, pembelajaran secara tradisional sudah dianggap tidak cocok lagi.

Pertanyaan selanjutnya adalah apa perbedaan pendekatan keterampilan proses dengan pendekatan cara belajar siswa aktif atau CBSA. Bukankah keduanya menonjolkan keaktifan siswa dan menempatkan guru sebagai fasilitator? Tentang hal ini Syafe'i (1998:2.31) berpendapat bahwa pendekatan keterampilan proses dengan pendekatan CBSA merupakan dua sisi mata uang. Artinya, keduanya sebenarnya merupakan satu kesatuan. Pembelajaran bahasa dengan cara-cara yang akan menciptakan situasi dan kondisi cara belajar siswa aktif. Situasi dan kondisi yang demikian ini sangat penting dalam pembelajaran bahasa. Hal ini Tentu saja sangat bermanfaat untuk memberikan kesempatan yang seluas-luasnya, sedalam-dalamnya, semahir-mahirnya kepada para siswa untuk berlatih menggunakan 4 kemampuan dalam keterampilan bahasa dalam berbagai fungsi komunikasi. Oleh karena itu, keduanyapun merupakan salah satu alternatif yang baik untuk melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia.

Prinsip-prinsip Pendekatan Ketrampilan Proses
Dalam membahas pendekatan keterampilan proses, prinsip-prinsip pendekatan tersebut menjadi hal mutlak yang harus dipahami. 1 yang harus kita sepakati bersama, bahwa dalam pembelajaran yang dilakukan orientasinya tidak hanya produk belajar, yakni hasil belajar yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran saja, melainkan lebih dari itu. Pembelajaran yang dilakukan juga diarahkan pada Bagaimana memperoleh hasil belajar atau Bagaimana proses mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan terpenuhi.

Pendekatan keterampilan proses memang lebih memfokuskan kegiatan belajar mengajar pada proses pemerolehan hasil belajar atau pencapaian tujuan pembelajaran itu sendiri. Namun, hal ini tidak berarti bahwa hasil belajar atau tujuan pembelajaran tidak penting. Pendekatan ini merupakan pemberian atau menumbuhkan Kemampuan kemampuan dasar untuk memperoleh pengetahuan, dan kemampuan yang meliputi beberapa kemampuan seperti;
  1. Kemampuan mengamati 
  2. Kemampuan menghitung 
  3. Kemampuan mengukur 
  4. Kemampuan mengklasifikasikan 
  5. Kemampuan menemukan hubungan 
  6. Kemampuan membuat prediksi 
  7. Kemampuan melaksanakan penelitian 
  8. Kemampuan mengumpulkan 
  9. Menganalisis data, dan 
  10. Kemampuan mengkomunikasikan hasil 
Kesepuluh kemampuan tersebut, oleh Syafe'i (1998:2.32) dijelaskan dalam paparan berikut.

1. Kemampuan Mengamati
Mengamati merupakan salah satu keterampilan yang sangat penting untuk memperoleh pengetahuan, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Kegiatan ini tidak sama dengan kegiatan melihat. Pengamatan dilaksanakan dengan memanfaatkan seluruh panca indra yang mungkin bisa digunakan untuk memperhatikan hal yang diamati. Kemudian, mencatat apa yang diamati, memilah-milah bagiannya berdasarkan kriteria tertentu berdasarkan tujuan pengamatan, serta mengolah hasil pengamatan dan menuliskan hasilnya.

2. Kemampuan Menghitung
Kemampuan menghitung Dalam pengertian yang luas merupakan salah satu kemampuan yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Dapat dikatakan bahwa dalam semua aktivitas kehidupan semua manusia memerlukan kemampuan ini.

3. Kemampuan Mengukur 
Dalam pengertian yang luas, kemampuan mengukur sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Dasar dari kegiatan pengukuran ini adalah perbandingan. Dalam pengajaran apresiasi sastra, misalnya, kegiatan pengukuran ini dapat berupa telaah terhadap suatu karya sastra dengan menggunakan kriteria nilai-nilai estetika, moral, dan nilai pendidikan.

4. Kemampuan Mengklasifikasi 
Kemampuan mengklasifikasi merupakan kemampuan mengelompokkan atau menggolongkan suatu yang berupa benda, akta, informasi, dan gagasan. Pengelompokan ini didasarkan pada karakteristik atau ciri-ciri yang sama dengan tujuan tertentu, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, kemampuan ini, misalnya berupa kemampuan membedakan antara opini dan fakta dalam suatu wacana dan mengelompokkan karya sastra berdasarkan ciri strukturnya.

5. Kemampuan Menemukan Hubungan 
Kemampuan ini merupakan kemampuan penting yang perlu dikuasai oleh siswa. Yang termasuk dalam kemampuan ini adalah fakta, informasi, gagasan, pendapat, ruang, dan waktu. Semuanya merupakan variabel untuk menentukan hubungan antara sikap atau tindakan tertentu yang sesuai. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, kemampuan ini diwujudkan dalam kemampuan siswa menemukan hubungan antara fakta yang terdapat dalam bacaan untuk membangun pemahaman kritis dan kreatif terhadap bacaan.

6. Kemampuan Membuat Prediksi 
Prediksi yang dimaksudkan di sini bukanlah sembarangan perkiraan. Mainkan perkiraan yang mempunyai dasar atau penalaran. Kemampuan membuat prediksi atau perkiraan yang didasari penalaran, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Dalam teori penelitian, kemampuan membuat prediksi ini disebut juga kemampuan menyusun hipotesis.

7. Kemampuan Melaksanakan Penelitian 
Penelitian, merupakan kegiatan Para ilmuwan dalam kehidupan ilmiah. Namun, dalam kehidupan sehari-hari kita juga perlu mengadakan penelitian. Artinya, kita mengadakan pengkajian terhadap sesuatu untuk memecahkan masalah yang kita hadapi. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, siswa dilatih untuk mengadakan pengamatan atau observasi serta melaporkan hasil pengamatan itu.

8, 9. Kemampuan Mengumpulkan dan Menganalisis Data 
Kemampuan ini merupakan bagian dari kemampuan mengadakan penelitian. Dalam kemampuan ini, siswa perlu menguasai Bagaimana cara cara mengumpulkan data, baik dalam penelitian kuantitatif maupun kualitatif. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, anak-anak dilatih untuk mengumpulkan data dalam pengamatan lapangan, kemudian menganalisis data tersebut dan membuat kesimpulan.

10. Kemampuan Mengkomunikasikan Hasil 
Kemampuan ini merupakan salah satu kemampuan yang juga harus dikuasai siswa. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, misalnya siswa dilatih untuk menyusun laporan hasil pengamatannya, kemudian mempresentasikannya di depan kelas dalam sebuah kegiatan diskusi. Selain itu, siswa juga dilatih untuk menyusun laporan singkat tentang apa yang mereka teliti untuk dipublikasikan melalui majalah sekolah atau majalah dinding.

Setrategi Pembelajaran Bahasa Indonesia Berdasarkan Pendekatan Keterampilan Proses
Strategi merupakan dasar, asas, kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir dan bertindak. Dalam kaitanya dengan pembelajaran bahasa Indonesia berdasarkan pendekatan keterampilan proses, didalamnya mencakup 2 komponen, yakni pengorganisasian kelas serta metode dan teknik belajar mengajar.

1. Pengorganisasian Kelas 
Pengorganisasian kelas merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan guru dalam mengatur kelas. Istilah kelas ini mengacu pada kelompok siswa dalam jenjang pendidikan tertentu, bukan sekedar mengacu pada ruang belajar belaka. Pendekatan ini menghendaki para guru dapat mengorganisasikan kelas sebaik-baiknya sehingga dapat tercipta suasana kelas yang memungkinkan siswa belajar dengan baik. Kegiatannya meliputi pengelolaan kelas secara fisik maupun nonfisik.

Secara fisik, pengelolaan kelas, antara lain berupa pengaturan ruang kelas yang meliputi tempat duduk siswa, letak papan tulis, meja guru, rak buku, lemari, dan media pembelajaran. Dengan pengaturan yang baik, segala aktivitas yang dilakukan baik oleh guru maupun siswa, dapat bermanfaat bagi kebaikan siswa. Sementara itu, pengorganisasian kelas yang bersifat non fisik meliputi pengelolaan suasana kelas yang memungkinkan anak merasa aman, gembira, bersemangat, dan bergairah untuk belajar. Suasana ini dapat tercipta antara lain dengan cara sebagai berikut;
  • Penciptaan komunikasi yang multiarah sehingga siswa dapat berkomunikasi dengan guru, sesama siswa, maupun seluruh kelas. Guru berkomunikasi dengan siswa, baik secara kelompok maupun Individual. Secara skematis, komunikasi multi arah ini dapat digambarkan dalam skema dibawah ini.


  • Pengelolaan jam pelajaran secara efektif dan efisien. Guru dan siswa menggunakan waktu belajar yang telah direncanakan oleh guru (bisa bersama siswa) sebagaimana yang telah disusun dalam rencana pembelajaran. Kegiatan-kegiatan tersebut hendaknya kegiatan yang mendorong anak untuk aktif terlibat di dalamnya serta memberikan kemungkinan yang besar kepada siswa untuk mencapai hasil belajar. 
  • Pengelompokan siswa. Pengelompokan ini hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut; 
  1. Masalah yang akan dibahas siswa 
  2. Kemampuan siswa 
  3. Jenis kelamin siswa 
  4. Kemudahan hubungan antar siswa 
  5. Minat siswa 
  6. Sifat kelompok, apakah tetap atau sementara 
  7. Jumlah anggota dalam setiap kelompok.
Pengelompokan siswa ini dilaksanakan apabila kegiatan pembelajaran memang memerlukan adanya pengelompokan siswa sehingga hal ini tidak berarti bahwa setiap kegiatan pembelajaran memerlukan pengelompokan siswa.

2. Metode dan Teknik Belajar-Mengajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:740), metode didefinisikan sebagai secara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki. Selain itu, metode juga didefinisikan sebagai cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, metode diartikan sebagai sistem perencanaan pembelajaran bahasa Indonesia secara menyeluruh untuk memilih, mengorganisasikan, dan menyajikan materi pelajaran bahasa Indonesia secara teratur. Sementara itu, teknik diartikan sebagai metode atau sistem mengerjakan sesuatu (KBBI, 2001:1158). Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, teknik ini mengacu pada implementasi perencanaan pembelajaran bahasa Indonesia di depan kelas.

Metode bersifat prosedural. Artinya, penerapan pembelajaran bahasa Indonesia harus dikerjakan menurut langkah-langkah yang teratur, bertahap, yakni mulai perencanaan pembelajaran, penyajian, sampai dengan penelitian dan hasil pembelajaran. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap metode pembelajaran bahasa Indonesia, antara lain sebagai berikut; 
  1. Persamaan dan perbedaan antara sistem bahasa pertama siswa dengan bahasa kedua yang mereka pelajari 
  2. Usia siswa pada saat mereka belajar bahasa 
  3. Latar belakang sosial budaya siswa 
  4. Pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan berbahasa siswa dalam bahasa yang dipelajarinya yang sudah mereka punyai 
  5. Pengetahuan dan keterampilan berbahasa guru dalam bahasa yang akan dipelajarinya. 
  6. Kedudukan dan fungsi bahasa yang dipelajari siswa dalam masyarakat tempat di mana mereka berada 
  7. Tujuan pembelajaran yang diinginkan, dan 
  8. Alokasi waktu yang tersedia untuk kegiatan pembelajaran.
Dalam pada itu, dalam teknik pembelajaran bahasa Indonesia, teknik yang digunakan bergantung pada guru, pada kiat yang digunakan, serta kondisi dan situasi kelas. Secara garis besar Beberapa teknik penyajian pembelajaran yang sering digunakan adalah; 
  1. Ceramah 
  2. Diskusi baik itu diskusi kelas ataupun diskusi kelompok 
  3. Resitasi atau penugasan
Jadi kesimpulannya bahwa pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah pendekatan yang memberikan kesempatan seluas luasnya kepada siswa untuk terlibat secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan bahasa. Pendekatan ini dipandang sebagai pendekatan dalam proses belajar mengajar yang sesuai dalam era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendekatan ini memberikan pengetahuan, pengalaman, serta keterampilan yang cocok untuk memperoleh serta mengembangkan kompetensi bahasa yang kita pelajari, dalam hal ini bahasa Indonesia. 

Fokus pembelajarannya tidak hanya pada pencapaian tujuan pembelajaran saja, melainkan juga pada pemberian pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Pengelolaan kelas dalam pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dilaksanakan dengan pengaturan kelas, baik secara fisik maupun nonfisik. Pengaturan dilakukan sedemikian rupa agar siswa mempunyai keleluasaan gerak, merasa nyaman, bergembira, bersemangat, dan bergairah untuk belajar. Dengan kondisi yang demikian, materi yang diberikan kepada siswa akan mencapai hasil yang maksimal. 

Sementara itu, berapa aspek yang dibahas dalam pembahasan kali ini mencakup tiga hal penting yakni, hakikat pendekatan keterampilan proses, prinsip-prinsip pendekatan keterampilan proses, strategi pembelajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan keterampilan proses.