Selasa, 28 April 2020

Tujuan dan Kegunaan Antropologi

Wawan Setiawan Tirta
Tujuan dan Kegunaan Antropologi
Kerja lapang dalam antropologi selama ini sekaligus juga merupakan karya penyelamatan di samping sebagai  upaya yang bersumber pada keprihatinan politis. Selain itu juga merupakan tindakan yang didorong oleh minat pada suatu persoalan tertentu. Kadang-kadang segi “penyelamatan” maupun “daya tarik politis” untuk bekerja di suatu tempat yang istimewa, telah menggeser penelitian dari bidang-bidang yang secara potensial memiliki makna teoritik yang besar. Di samping itu setiap antropolog yang memulai penelitian lapangan perdananya, pada umumnya mencari sesuatu bangsa atau kelompok yang belum pernah di teliti.  Tujuannya sudah jelas adalah untuk memperluas arena perbandingan di samping untuk merekam berbagai budaya sebelum budaya-budaya itu lenyap. Malangnya prestasi dalam hal hal keluasan jangkauan wilayah itu juga sering disertai dengan kekurangdalaman analisis itu. Mungkin jika antropologi mengikuti kebijaksanaan pengkajian ulang secara lebih sistematis (khususnya dengan peneliti yang berbeda-beda untuk obyek yang sama), akumulasinya bisa individual yang kemudian akan cenderung saling meredam subyektivitas sehingga membuahkan pemahaman yang lebih mendekati obyektivitas sebagai sesuatu kajian yang kita angan-angankan.
 Kerja lapang dalam antropologi selama ini sekaligus juga merupakan karya penyelamatan di  Tujuan dan Kegunaan Antropologi
Antropologi memang merupakan studi tentang umat manusia. Ia tidak hanya sebagai suatu displin ilmu yang bersifat akademis, namun juga merupakan suatu cara hidup, yang berusaha menyampaikan kepada para mahasiswa apa yang telah diketahui orang (Haviland, 1999: 19). Dalam arti yang sedalam-dalamnya banyak sesuatu yang mungkin “mustahil”, sebab apa yang diketahui dengan cara hidup bersama dengan mempelajari orang lain di dunia yang asing, bukan hanya orang-orang asing itu, namun akhirnya juga tentang diri sendiri. Oleh sebab itu kerja lapangan dalam antropologi sungguh-sungguh merupakan suatu inisiasi, karena menimbulkan suatu transformasi. Begitu pula dengan pengalaman, karena memberi kemungkinan-kemungkinan untuk pengungkapan diri (self-expression) dan cara hidup baru, yang menuntut suatu penyelesaian baru kepada segala sesuatu yang aneh, tidak menyenangkan dan asing, serta memaksa orang untuk mengembangkan potensi-potensi yang mungkin tidak akan pernah menjadi kenyataan dalam kehidupan biasa (Haviland, 1999: 20).

Sebagai ilmu tentang umat manusia, antropologi melalui pendekatan dan metode ilmiah, ia berusaha menyusun sejumlah generalisasi yang bermakna tentang makhluk manusia dan perilakunya, dan untuk mendapat pengertian yang tidak apriori serta prejudice tentang keanekaragaman manusia. kedua bidang besar dari antropologi adalah antropologi fisik dan budaya. Antropologi fisik memusatkan perhatiannya pada manusia sebagai organisme biologis, yang tekanannya pada upaya melacak evolusi perkembangan makhluk manusia dan mempelajari variasi-variasi biologis dalam species manusia. sedangkan antropologi budaya berusaha mempelajari manusia berdasarkan kebudayaannya. Di mana kebudayaan bisa merupakan peraturan-peraturan atau norma-norma yang berlaku dalam masyarakat (Haviland, 1999: 21).

Dengan mengadakan studi banding tentang kebudayaan, ia juga bisa memusatkan diri pada aspek-aspek kebudayaan-kebudayaan tertentu sebagai kebiasaan tindakan ekonomi maupun agama, atau sebagai penulis etnografi. Mereka bisa turun ke lapangan untuk mengambil dan menggambarkan perilaku manusia seperti yang bisa dilihatnya, dirasakan dan didiskusikan dengan orang-orang yang kebudayaannya ingin dipahaminya (Haviland, 1999: 29).

Di antara ilmu-ilmu sosial dan alamiah, antropologi memiliki kedudukan, tujuan, dan manfaat unik, karena bertujuan serta bermanfaat dalam merumuskan penjelasan-penjelasan tentang perilaku manusia yang didasarkan pada studi atas semua aspek biologis manusia dan perilakunya di semua masyarakat, dan bukan hanya masyarakat Eropa dan Amerika Utara saja. Oleh sebab itu seorang ahli antropologi menaruh perhatian banyak atas studinya terhadap bangsa-bangsa non-Barat.

Selain itu juga antropologi bermaksud mempelajari umat manusia secara obyektif, paling tidak mendekati obyektif dan sistematis (Kaplan dan Manners, 1999: 33). Seorang ahli antropologi dituntut harus bisa mengunakan metode-metode yang mungkin juga digunakan oleh para ilmuwan lain dengan mengembangkan hipotesis, atau penjelasan yang dianggap benar, mengunakan data lain untuk mengujinya, dan akhirnya menemukan suatu teori, suatu sistem hipotesis yang telah teruji. Sedangkan data yang digunakan ahli antropologi bisa berupa data dari suatu masyarakat atau studi komparatif di antara sejumlah besar masyarakat.

Referensi;
Haviland William A, 1999, Antropologi, Jilid 1, Terjemahan R. G. Soekadijo, Jakarta: Erlangga.
Kaplan dan Manners A.A., 1999, Teori Budaya, Terjemahan Landung Simatupang, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Demikianlah ulasan mengenai “Tujuan dan Kegunaan Antropologi”, yang pada kesempatan ini dapat dibahas di sini dan semoga bermanfaat bagi para pengunjung dan pembaca. Cukup sekian dan sempatkan diri anda untuk membaca artikel-artikel lainya.

*Rajinlah belajar demi Bangsa dan Negara, serta jagalah kesehatanmu!
*Semoga anda sukses!